Teh Celup vs Teh Tubruk: Kenapa ahli teh memilih teh tubruk

Di Indonesia, ada dua aliran dalam menyeduh teh, yaitu teh celup dan teh tubruk (loose leaf)

Saat ini, sudah bertahun-tahun teh celup menjadi pilihan utama dalam minum teh. Tidak hanya di indonesia saja, tapi di seluruh dunia, orang-orang memilih teh celup dibandingkan loose leaf tea, karena praktis.

Siapkan air mendidih, celup, tunggu 3 menit, selesai.

Tapi sekarang berbeda. Orang-orang menginginkan yang terbaik, meskipun mengorbankan sebagian dari kepraktisan tersebut. Banyak orang merasa teh celup dianggap terlalu instan sehingga mengorbankan rasa dari teh. Selain itu, ada sentimen pada kantong teh yang digunakan dinilai tidak sehat karena mengandung bahan-bahan kimia.

Teh tubruk mulai dilirik kembali, karena menawarkan rasa yang lebih baik, lebih konsisten, serta lebih murni.

Tapi apakah benar demikian?

Teh tubruk memang memiliki banyak keunggulan dibandingkan celup, tapi tidak selalu seperti itu. Baik teh celup dan teh tubruk memiliki kualitas yang bervariasi. Teh celup dengan kualitas daun yang bagus dan kantong yang besar lebih baik dari teh tubruk berkualitas rendah yang banyak berisi serpihan daun dan batang.

Teh celup

Belum jelas kapan pertama kali teh celup ditemukan. Salah satu teori mengatakan kalau kantung teh paling pertama ditemukan di China pada abad 8 sebagai wadah teh agar mudah dibawa-bawa.

Paten untuk teh celup paling awal ada di Amerika tahun 1901 oleh Roberta Lawson dan Mary McLaren. Mereka menggunakan kain katun untuk membungkus teh agar daunnya tidak mengganggu saat diminum.

Tapi teh celup baru populer tahun 1908 ketika Thomas Sullivan menjual tehnya dengan kantung agar mudah mengirimnya, bukan untuk dicelup. Tapi ketika sampai ke tangan pembeli, ternyata banyak yang langsung menyeduhnya tanpa membuka kantungnya.

Teh celup menjadi sebuah inovasi dalam menyeduh teh karena sangat praktis, baik bagi konsumen maupun produsen. Beberapa tahun setelahnya hingga sekarang, teh celup mendominasi pasar teh di seluruh dunia.

Bahan dan kantung teh celup

Produksi teh celup juga terus berubah. Awalnya, bahan yang digunakan adalah kain yang dijahit menjadi bentuk kantong. Sekarang, yang umum diguanakan adalah campuran kertas dan plastik karena paling mudah dan paling murah. Bahan kantung teh yang digunakan pada awalnya menggunakan kain sutra. Sullivan kemudian menggantinya ke jahitan kain yang punya lubang lebih lebar agar airnya bisa mengalir lebih baik.

Bahan kantung teh celup banyak mengalami perubahan, tapi teh celup yang paling umum sekarang sudah ada setidaknya sejak tahun 1952.

Iklan Lipton tahun 1952 untuk produk Teabag kantung teh Lipton
Iklan Lipton flo-thru teabag tahun 1952 yang masih umum digunakan hingga sekarang

Teh celup memang praktis dan murah, namun keunggulan tersebut tidak tanpa pengorbanan. Untuk menjaga kepraktisan tersebut, daun teh yang dikemas harus yang berukuran kecil, biasanya potongan atau, cacahan, atau serbuk saja.

Kenapa? Karena daun teh berukuran normal pada umumnya butuh ruang untuk mengembang. Kantung teh yang murah tidak memiliki ruang yang cukup agar daun teh yang bagus bisa mengembang. Kenapa saya tulis “yang murah”? Karena memang tidak semua teh celup memiliki kualitas yang sama.

Selain bahannya yang berbeda, bentuk kantung teh juga bermacam-macam. Umumnya ada 3, yaitu bentuk amplop/persegi yang paling familiar di indonesia, bulat, dan piramid.

Kantung teh amplop/persegi, piramida, dan bulat
  • Kantung teh amplop/persegi: Kantung teh yang paling familiar di Indonesia dan seluruh dunia. Kantung teh ini kecil dan tidak memiliki banyak ruang, sehingga daun di dalamnya berupa serpihan-serpihan saja.
  • Kantung teh Bola: Kantung teh ini tidak pernah saya temukan di Indonesia, tapi cukup umum di supermarket Eropa. Kantung teh ini kira-kira sama dengan model amplop. Ia tidak memiliki ruang yang besar sehingga teh yang digunakan juga serpihan. Biasanya model kantung teh ini tidak memiliki tali, karena memang dibuat untuk diseduh lebih lama dari kantung teh biasa.
  • Kantung teh piramida: Kantung teh ini biasanya ditemukan pada teh celup yang lebih premium, dan tentunya lebih mahal dari teh celup di minimarket. Teh celup piramida adalah jawaban untuk anda yang menginginkan kualitas daun teh yang baik namun tetap dapat praktisnya teh celup. Kantung model piramida memiliki ruang yang cukup besar agar daun teh bisa mengembang dengan baik.

Teh celup yang biasanya kita jumpai dan konsumsi di indoensia adalah yang persegi atau amplop. Umumnya, ini termasuk teh celup yang murah. Kantong teh nya tidak memiliki ruang untuk daun teh mengembang, sehingga apabila membuka isi kantung teh nya, yang anda dapat paling bagus hanya serpihan daun teh saja.

Jenis teh celup ini juga menggunakan bahan kertas, lengkap dengan perekat atau staples. Artinya, bahan-bahan ini bisa merubah rasa teh ketika diseduh. Beberapa produsen juga menggunakan pemutih seperti clhorine untuk memutihkan warna kantungnya. Pasalnya, warna asli kertas yang kecoklatan dinilai tidak menarik oleh konsumen.

Ada juga teh celup yang bentuknya lingkaran. Ini tidak pernah saya jumpai di Indonesia, tapi cukup mudah ditemukan di negara-negara Eropa. Biasanya teh celup ini tidak memiliki tali. Jadi memang didesain untuk orang-orang yang mau rasa lebih pekat.

Kantung teh berbentuk piramida adalah yang terbaik. Bentuk ini dipilih karena memiliki ruang yang besar agar daun teh bisa mengembang dengan baik. Teh celup jenis ini memiliki daun teh yang lebih baik, menawarkan kualitas yang bagus tanpa mengorbankan nilai praktis pada teh celup.

Yang dikorbankan tentu saja adalah harganya. Karena kantung teh piramida lebih besar, maka perusahaan memerlukan packaging yang lebih besar pula. Selain itu, karena teh di dalamnya juga lebih baik, tentu saja harganya juga naik. Orang-orang yang terbiasa dengan teh harga teh celup yang sangat murah pasti akan merasa harganya terlalu mahal.

Teh tubruk

Sebenarnya saya kurang suka dengan istilah “teh tubruk”. Karena menurut saya, kata tubruk cuma pinjam dari istilah kopi tubruk, metode penyeduhan kopi yang meninggalkan ampas.

Tapi karena tidak ada padanan kata yang tepat untuk loose leaf tea an untuk lebih simpelnya, kita gunakan saja istilah teh tubruk.

Secara umum, ada dua cara dalam menyeduh teh tubruk, yaitu gong fu dan western:

  • Gong fu adalah cara penyeduhan dari China. Cara peneduhan ini menggunakan rasio teh yang lebih tinggi dari air, namun dengan waktu penyeduhan yang jauh lebih singkat, dan bisa diseduh lebih dari 2x.
  • Western,, yaitu teh diseduh dengan air panas 70-90 derajat ceclcius, tergantung tehnya. Sama saja seperti teh celup, hanya saja menggunakan saringan agar daun teh tidak masuk gelas.

Bukan berarti cara menyeduh hanya ada dua saja di dunia ini ya. Tiap tempat dan negara memiliki cara menyeduhnya sendiri. Contohnya di Malaysia dan India dengan teh tarik, atau Turki dengan turkish cayi.

Kalau di Indonesia, teh tubruk diseduh dengan mencampurkan dengan berbagai merk dan langsung direbus di air mendidih atau teko. Daunnya dibiarkan lama di air, menghasilkan rasa yang sangat kuat.

Memilih teh tubruk berkualitas

Bagaimana teh tubruk yang baik?

Konsisten: Dilihat dari daunnya, teh tubruk yang baik setidaknya memiliki isi yang konsisten. Daun nya bisa saja berbentuk serpihan, bubuk,,atau utuh, tetapi yang jelas isinya tidak bercampur-campur dengan bentuk daun yang lain. Daun yang konsisten dan bebas dari batang dan kanting menunjukkan kalau teh tersebut dipilah dengan baik. TIdak asal-asalan dipacking dengan mesin.

Warna: Daun teh berkualitas memiliki warna yang bagus. Kalau teh hijau,

Aroma: Kalau memungkinkan, cium aromanya terlebih dahulu. Aroma sangat penting dalam menentukan cita rasa teh.

Background check: Sebelum membeli, coba tanya pada penjualnya, seperti dari mana asal tehnya, kapan tehnya dipanen, koposisinya, serta rekomendasi teh. Penjual yang baik agaknya bisa menjawab pertanyaan-pertanyaan tersebut.

Manfaatkan sampel: Tidak ada cara yang lebih baik ketimbang merasakannya langsung. Kalau anda beli teh di toko fisik, coba minta diseduhkan tehnya terlebih dahulu. Beberapa penjual online juga menjual sampel dari teh yang mereka jual.

Mana yang lebih baik?

Ada banyak keuntungan pada teh tubruk dibandingkan dengan teh celup. Yang utama adalah dengan teh tubruk, anda lebih leluasa dalam menyeduh teh.

Anda bisa pilih mau menyeduh dengan style gong fu atau western. Anda juga bisa mengurangi atau menambah daun teh sesuai selera untuk mengontrol kepekatan rasa dan aroma dari seduhan teh anda. Kalau ingin bereksperimen dengan menambahkan buah kering dan herbal, teh tubruk juga merupakan pilihan yang paling tepat.

Selain itu, untuk kualitas yang sama, teh tubruk lebih murah daripada teh celup karena tidak perlu membayar lebih untung kantungnya. Teh celup yang berkualitas cenderung menggunakan kantung teh (tea bag) yang lebih mahal juga, jadi harga belinya pasti lebih mahal dari teh tubruk.

Teh tubruk juga memberikan lebih banyak pilihan dibandingkan teh celup. Banyak sekali teh tubruk yang tidak ada versi celupnya. Sedangkan teh celup biasanya memiliki versi loose leaf-nya.

Dari segi lingkungan, teh tubruk lebih ramah lingkungan karena tidak memiliki limbah apapun selain ampas teh. Justru ampas teh ini bisa menjadi kompos yang baik untuk tanah. Sementara, teh celup menjadi limbah karena bahan kantungnya banyak yang berbahan plastik. Kelihatannya tidak signifikan, tapi kalau anda minum teh celup setiap hari, katakanlah 2 tea bag sehari, limbah yang anda hasilkan pasti cepat menumpuk.

Apakah teh tubruk selalu menawarkan kualitas yang lebih baik dibandingkan dengan teh celup? Sekali lagi, kalau pertanyaannya tentang kualitas, maka yang dilihat adalah komposisi daun teh nya.

Secara umum, teh tubruk memang memiliki kualitas lebih baik daripada teh celup murah. Tapi bukan berarti selalu lebih baik. Ada harga ada rupa.

Misal, pada teh tubruk yang dijual di minimarket lokal, harganya sangat murah. Dengan harga di bawah 5000-6000 rupiah, kita bisa mendapatkan 1 bungkus teh tubruk. Ini bahkan lebih murah dari teh celup seperti Tong Tji.

Kalau dilihat isinya, ternyata daunnya tidak utuh, dan banyak ditemukan batang-batangan, serbuk, atau benda-benda asing lainnya, yang menunjukkan bahwa teh tersebut tidak diperlakukan dengan baik, alias memang hanya sisa-sisa saja. Teh tubruk yang seperti itu pasti kalah kualitasnya apabila dibandingkan dengan teh celup piramida.

Apakah berarti teh-teh tersebut rasanya jelek?

Mau kualitas apapun, harga berapa pun, rasa tetaplah subjektif.

Memang, kualitas dari teh tubruk murah tersebut tidak baik, tetapi tetap memiliki rasa yang khas dan memiliki banyak penggemar di indonesia.  Karena memang orang indonesia tumbuh dengan rasa teh yang pekat, jadi teh tubruk murah yang diseduh dengan air mendidih hingga sangat pekat sekalipun masih disukai oleh lidah indonesia.

Leave a Reply

Your email address will not be published. Required fields are marked *